Selasa, 06 Januari 2009

Makassar terkini , Mohon Bantuannya..

Assalamu'alaikum wr.wb...
Diharapkan kepada teman2 untuk dapat membantu saudara-saudara kita di PANAMPU KEC. TALLO, 26 rumah terbakar, 176 orang warga mengungsi. bantuan dapat berupa uang, pakaian layak pakai,sembako dsb ...
Hubungi no 085253996361 atas nama arif...

Bagi yang berada di wilayah makassar, bantuan siap jemput,,,,


Mohon perhatiannya.

thanz... Himika

Minggu, 14 Desember 2008

Kabar Baru

Mulai sekarang download tugas-tugasku didisini.

Kamis, 11 Desember 2008

jadwal ujian KEPERAWATAN UNHAS S.AKHIR 2008

Dear All,Sesuai kalender akademik tahunan, ujian final direncanakan akan berlangsung dari tanggal 15-31 Desember 2008.Jadwal ujian final mahasiswa PSIK unhas telah ditempel diLt.4 dan juga telah dikirimkan ke masing2 Koordinator mata ajar yang bersangkutan. Diharapkan bagi dosen terkait maupun mahasiwa untuk mengecek jadwal yang telah dipasang dipapan pengumuman.Bagi Anda yang ingin mendownload jadwalnya, saya sertakan via email ini (filenya dalam bentuk ms.excel). Atau bisa langsung didownload dari milis psik unhas dilink berikut http://groups.yahoo.com/group/psik_unhas/files/ Sekedar informasi bagi Anda, format jadwal ujian kali ini dibuat totally berbeda dengan format jadwal semester lalu. Anda cermati baik-baik keterangan bagaimana cara membaca jadwalnya. Sebagai contoh: Jika tertulis AIII/FISIOLG 2AIII menunjukkan mahasiswa Program A semester IIIFISIOLG 2 menunjukkan mata kuliah Fisiologi IIContoh lain:Jika tertulis B1I/ISOSB1I menunjukkan mahasiswa B1 semester IISOS menunjukkan mata kuliah Ilmu Sosial & Masalah Kesehatan.Jika Anda masih mengalami kebingungan setelah membaca jadwal ujian final yang telah ditempel dipapan pengumuman, untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi kami dibagian akademik (Ns. Aya & Ns. Meisje).Cheers,Aya

Selasa, 07 Oktober 2008

kenapa bau mulut klw puasa ?????

Bau mulut atau sering disebut halitosis kadang kala sering terjadi selama berpuasa. Apakah bau mulut harus selalu terjadi selama kita berpuasa? Hal ini sering menjadi pertanyaan bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Sebenarnya bau mulut tidak selalu terjadi pada seseorang yang sedang berpuasa. Secara normal apabila mulut kita kering karena air liur yang kurang atau akibat kita kurang melakukan aktifitas berkunyah akan menyebabkan bau mulut tidak segar. Hal inilah yang terjadi apabila kita sedang berpuasa dimana selama 14 jam, dimana tidak ada makanan yang kita kunyah dan tidak ada air atau cairan yang kita minum. Tetapi sebenarnya bau mulut yang ditimbulkan selama kita berpuasa bukan merupakan bau mulut atau halitosis yang terjadi akibat kelainan suatu organ.Bau mulut akibat kelainan sesuatu organ dapat terjadi akibat kelainan pada rongga mulut, dari Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT), dari saluran pernafasan atau saluran pencernaan. Sebagian besar sebenarnya penyebab bau mulut bersumber akibat kelainan pada rongga mulut.Keadaan rongga mulut yang berpotensi untuk menimbulkan bau mulut adalah adanya karies atau gigi berlubang atau adanya sisa akar gigi, karang gigi, peradangan pada gusi (gingivitis), atau penggunaan gigi palsu yang tidak benar.

NURSING....,WANTED !!!!!!

Oleh Syaifoel Hardy*
Peluang kerja lulusan tenaga kesehatan Indonesia untuk bekerja di luar negeri terbuka lebar. Di Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat, Australia, Korea, Jepang serta negara-negara Asia lainnya. Mereka membutuhkan pasokan ratusan ribu nurses (Pusdiknakes, 2008, Online). Seharusnya kesempatan ini segera diantisiapsi oleh Indonesia sebagai negara berkembang dengan sumber daya manusia yang melimpah. Pendidikan nursing mestinya dipandang sebagai salah satu sektor yang prospektif. Menghasilkan tenaga kerja yang handal, bukan hanya siap bekerja di dalam negeri, namun juga memenuhi lowongan tenaga kesehatan di negara-negara maju.Sayangnya, belum semua universitas mengelola sektor pendidikan ini dengan optimal. Padahal, kualifikasi yang dibutuhkan di luar negeri sangat tinggi. Calon pekerja harus memiliki standard minimal dan keterampilan sesuai perkembangan alat-alat modern. Saat ini terdapat 12 universitas negeri yang menyelenggarakan program pendidikan S1 nursing (Martono, Online, 2006). Sejalan dengan itu, jumlah lulusan Diploma 3 tak terbendung. Jumlah per tahunnya mencapai 35.000 (Martono, 2007). Lulusan D3 yang bekerja di luar negeri juga menduduki prosentase terbesar. Di Kuwait misalnya, dari lebih dari 700 nurses kita yang ada, hanya 7 orang lulusan S1 (Martono, Online, 2006). Di Qatar, dari 60 nurses kita yang ada, hanya 5 orang yang mengantongi ijazah setingkat BSN (Suhendi, Personal Comm., 2008). Pada tahun 2014 nanti diharapkan tercapai S1 untuk semua nurses. Guna merespons tujuan tersebut, mereka tentu membutuhkan pengembangan dan peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal.


so, sdh siap bersaing di tingkat global ???
prepare ur self now guyz...
teman sejawat..
PERAWAT ??? ga ada matinye...

TAHUKAH KAMU CARSINOMA GLOTTIS ITU???

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Laring merupakan organ vital pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai organ mempertahankan jalan napas, melindungi jalan napas dan paru paru, membantu mengatur sirkulasi, sumber suara atau fonasi, membantu proses menelan, dan mengekspresikan emosi. Adanya gangguan atau kelainan pada laring akan menyebabkan pula gangguan fungsi laring yang dapat menurunkan kualitas hidup, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi (94%). Karsinoma laring berdasarkan lokasi anatomis dibedakan atas karsinoma laring supraglotis (di atas pita suara), glottis (pita suara asli) dan subglotis (di bawah batas pita suara asli). Penderita karsinoma laring yang dijumpai di atas umumnya sudah dalam keadaan lanjut. Hal ini dikarenakan tidak adanya gejala dini yang khas. Gejala dini karsinoma laring sama dengan gejala penyakit lain di laring, sehingga sering dikelirukan dengan penyakit lain yang jauh lebih banyak frekuensinya.
Karsinoma laring jarang ditemukan pada wanita, rasio antara laki-laki dan wanita oleh beberapa peneliti disebutkan sebesar 10--15 : 1. Data terakhir rasio ini memperlihatkan ke-cenderungan peningkatan jumlah kasus penderita wanita Usia penderita umumnya telah menginjak usia tua antara 45-75 tahunl .
Penelitian epidemiologik tumor ganas laring memperlihatkan beberapa faktor yang diduga berhubungan langsung atau tidak langsung dengan timbulnya keganasan, tersebut. Banyak bahan tertentu yang terdapat di lingkungan kita yang mempunyai sifat karsinogen atau pencetus aktivitas karsinogen. Rokok sering diasumsikan mempunyai peranan penting dalam timbulnya karsinoma laring meskipun masih perlu dipertimbangkan faktor lain yang dapat bekerja sama dalam proses timbulnya tumor ganas.
Kurang lebih 60 persen keganasan laring ditemukan di daerah glottis, 35 persen berasal dari daerah supraglotis dan hanya 5 persen berasal dari subglotis. Pada stadium lanjut biasanya tumor sudah meluas ke glottis, supraglotis dan subglotis atau transglotis sehingga sulit ditentukan asalnya. Dengan melihat tingginya presentase penderita carsinoma glottis, maka fokus kami pada pemaparan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan perjalanan penyakit dari carsinoma glottis serta asuhan keperawatan yang sebaiknya dilakukan dalam menangani klien yang menderita carcinoma glottis.




BAB II
PEMBAHASAN

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
1. Otot-otot ekstrinsik :
Otot elevator :
- M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid
Otot depressor :
- M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-otot Intrinsik :
Otot Adduktor dan Abduktor :
- M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum
Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis :
- M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid
Otot yang mengatur pintu masuk laring :
- M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik
II.1 Pengertian
Carsinoma Glottis merupakan tumor ganas yang terjadi pada daerah glottis, yaitu pita suara asli, komisura anterior atau pada komisura posterior.

II.2 Etiologi
Kausanya belum diketahui dengan jelas. Seperti pada lain-lain infeksi di pharynx, diduga penyebab primernya adalah virus; kemudian ada infeksi sekunder, terutama oleh Haemophilus influenzae type B. Juga bisa didapatkan streptococcus, staphylococcus, pneumococcus dan kuman-kuman lain.

II.3 Patofisiologi
Terjadi kongesti akut dari larynx, terutama di daerah subglottis. Terdapat infiltrasi dari jaringan ikat longgar submukosa, sehingga memberikan pembengkakan secara cepat di bawah bagian larynx yang sempit. Selain ada gambaran peradangan, terjadi juga stimulasi dari sekresi mucous. Bila sekret mucous ini mengering, akan terbentuk crustae yang akan menambah hebatnya obstruksio glottis.

II. 4 Klasifikasi
Klasifikasi dan stadium Carsinoma Glottis berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, adalah sebagai berikut:
Glotis :
T is : Tumor insitu
T 0 : Tak jelas adanya tumor primer
T 1 : Tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan pergerakan normal
T 1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli
T 1b : Tumor mengenai kedua pita suara
T 2 : Tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.
T 3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara
T 4 : Tumor dengan perluasan ke luar laring

II.5 Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :
• Suara serak
Suara serak adalah gejala dini yang utama pada keganasan laring, terutama bila tumor berasal dari pita suara atau glottis. Ini disebabkan adanya gangguan fungsi fonasi laring akibat ketidakteraturan pita suara, gangguan pergerakan/getaran pita suara dan penyempitan celah pita suara. Seseorang dengan suara serak yang menetap selama dua minggu atau lebih, apalagi mempunyai faktor resiko yang sesuai, harus diwaspadai adanya keganasan laring (glottis).

• Sesak nafas dan stridor
Sesak napas atau dispnea dan napas berbunyi (stridor), lanjutnya, adalah gejala akibat gangguan jalan napas oleh massa tumor serta sudah terjadinya fiksasi gerak pita suara. Adanya gejala-gejala tersebut menjadi tanda tumor sudah masuk ke stadium yang lebih lanjut
• Rasa nyeri di tenggorok
• Disfagia
• Batuk dan haemoptisis
• Pembengkakan pada leher

II.6 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnese
2. Pemeriksaan THT rutin
3. Laringoskopi direk
4. Radiologi foto polos leher dan dada
5. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti

II.7 PENGOBATAN
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma glottis yaitu pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
- PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
A. LARINGEKTOMI
1. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
2. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

B. DISEKSI LEHER RADIKAL
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.
- RADIOTERAPI
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti dengan laringektomi total.
- KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.3
- REHABILITASI
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”.
II.8 Proses Keperawatan

A. Pengkajian
INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.



Diagnosa Keperawatan Pre Operasi

Diagnosa : Nyeri b.d obstruksi glottis
Kriteria Hasil : Klien melaporkan nyeri hilang, mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan.
Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
1. Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, duarasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis.reposisi, gosokan punggung

3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, mis.teknik relaksasi

4. Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Nilai aturan pengobatan bila perlu

5. Melakukan tindakan kolaborasi dengan memberikan analgesik sesuai indikasi

1. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi


2. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol

4. Kontrol nyeri yang maksimum dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut

5. Mengontrol nyeri dengan pemberian dosis pengobatan


Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
6. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.

7. Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.

8. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin ruangan penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang NGT. Pemberian makan per sonde diperlukan sampai beberapa minggu setelah pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu untuk menelan (jika operasi secara radikal di leher dilaksanakan).Alat bantu jalan napas buatan (seperti trakeostomi atau selang laringektomi) mungkin akan terpasang hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi atau selang T akan terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen yang telah dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu

9. Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:
Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik napas panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan dengan menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan menggunakan gerakan menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak ada makanan yang tertinggal di tenggorok.

6. pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien



7. mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.

8. pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.









9. karena epiglotis sudah diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi karena makanan per oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat membantu mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut


Diagnosa Keperawatan Post Operasi

Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
Intervensi
Rasional
1. Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana menyokong leher selama aktivitas



2. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tidak mampu menelan

3. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma baru




4. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik

5. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi

6. Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi
1. kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang sokongan meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area jahitan.

2. menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan

3. dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan kateter dan selang makanan.

4. menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.


5. meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan

6. derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.


Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya.
Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
1. Auskultasi bunyi usus


2. Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat sesuai indikasi.



3. Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat dan alat tersedia di rumah

4. Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.

5. Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi
1. makan dimulai hanya setelah bunyi usus membaik setelah operasi

2. selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan dengan penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk mempertahankan kepatenan selang.

3. membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.





4. kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula

5. macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien

Diagnosa : Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.

Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
1. Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang

2. Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri.


3. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.




4. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik

5. Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
1. alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif

2. dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif

3. pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.

4. penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.

5. pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.


Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif b/d Pengangkatan sebagian/seluruh glottis, gangguan kemampuan untuk bernapas , batuk, dan menelan
Kriteria Hasil : Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih/jelas
Mengeluarkan/membersihkan secret dan bebas aspirasi
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan jalan napas bersih
dalam tingkat Kemampuan
Rencana Tindakan :

Intervensi
Rasional
1. Awasi frekuensi/kedala man pernapasan.catat kemudahan bernapas. Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dis pnea,terjadinya sianosis


2. Tinggikan kepala 30-45’

3. Dorong menelan, bila pasien mampu

4. Dorong batuk efektif dan napas dalam

5. Hisap selang laringek tomi/trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah,warna dank on sistensi secret


6. Tunjukkan dan dorong pasien untuk mulai me lakukan prosedur peng hisapan sendiri sesege ra mungkin. Ajari pasien teknik “bersih”

7. Pertahankan posisi yang tepat dari selang laringe ktomi /trakeotomi. Peri ksa/yakinkan ikatan ssui indikasi
KOLABORASI
Berikan humidifikasi tambahan, co; tekanan udara/oksigen penahan leher berupa, humidifie ruangan, peningkatan masukan cairan



Perubahan pada perna pasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, dan/atau adanya ronki/ mengi diduga retensi secret.Obstruksi jalan napas dpt menimbulkan tdk efektifnya pola pernapasan dan ggn pertukaran gas menyebabkan Komplikasi

Memudahkan drainase secret, kerja pernapasa dan ekspansi paru

Mencegah pengmpulan secret oral menurunkan resiko aspirasi
Memobilisasi secret untuk membersihkan ja lan napas dan memban tu mencegah komplikasi pernapasan
Mencegah sekresi meny umbat jalan napas, khu susnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tak dapat meniu lewat hidung. Perubaha karakter secret dapat menunjukkan terjadinya masalah dan keb. Untuk evaluasi/pengob. Lanjut

Membantu pasien untuk melatih beberapa control parawatan pas caoperasi dan menceg ah komplikasi . Menuru nkan ansietas sehubun gan dgn kesulitan dlm bernapas atau ketidak mampuan menahan sekret sendiri
Seiring dengan terjadi nya /berkurangnya edema ,selang bisa berpindah

Fisiologi normal (hidung /jalan hidung)berarti menyaring/melembab kan udara yg lewat. Ta mbahan kelembaban mukosa dan memudah kan batuk/penghisapan secret melalui stoma



Diagnosa : Kerusakan verbal b/d deficit anatomi, hambatan fisik, membutuhkan istirahat bersuara
Kriteria Hasil : Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif
Mengidentifikasi /me rencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh

Rencana Tindakan :

Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji instruksi/diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas ter ganggu, gunakan gam baran anatomic atau model untuk membantu penjelasan
Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain, co; pen dengaran,penglihatan, literasi
Berikan cara-cara yg ce pat dan kontinu untuk memanggil perawat, co lampu/bel pemanggil. Biarkan pasien mengetahui panggilan akan dijawab dgn cepat. Hentikan dengan meme riksa pasien secara peri odik tanpa dipanggil. Pusatkan system pem beritahuan jawaban/ tem pat pasien karena pasien tak mampu untuk bicara
Atur sebelumnya tanda- tanda untuk mendapat kan bantuan cepat

Berikan pilihan cara ko munikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien mis,papan dan pensil, magic slate,papan alfa bet/gambar, bahasa isyarat . Pertimbangkan pemasangan IV
Berikan waktu yg cukup untuk komunikasi

Berikan kom. Verbal, co sentuhan dan gerak fisik anstisipasi kebtuhan


Kolaborasi
Konsul dengan anggota tim kesehatan yang te pat/terapis, agen reha bilitasi selama rehabilita si dasar di RS sesuai sumber komunikasi


Menggunakan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu

Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
Pasien memerlukan ke yakinan bahwa perawat waspada dan akan ber espon terhadap panggi lan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat yang cukup perhatian untuk hadir pada waktu daripada bila dipanggil pasien


Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidakmampuan untuk bicara
Memungkinkan pasien untuk menyatakan


Kehilangan bicara dan stress menganggu kom. Dan menyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi
Mengkomnikasikan masalah dan memenhi keb. Kontak dengan ora ng lain. Sentuhan diyaki ni untuk memberikan peristiwa kompleks bio kimia dengan kemungki nan pengeluaran endor fin yg menrunkan anise tas

Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bica ra (co; elektrilaring, prostese suara dengan katup 1-jalan ,bicara esophageal)sangat ber variasi, tergantung luas nya pembedahan, usia pasien, status emosi. Dan motivasi untuk kem bali ke hidup aktif. Waktu rehab. Memanja ng dan memerlukan sejumlah agen/sumber untuk menyediakan/ mendukung proses belajar


Diagnosa : Kerusakan Integritas kulit b/d bedah pengangkatan/penanaman jaringan
Kriteria Hasil : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi
-Menunjukkan teknik meningkatkan penyem buahn/mencegah komplikasi
Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji warna kulit/suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur klit


Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 ‘ . Awasi edema wajah
Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegan gan atau tekanan. Beri kan bantal/gulungan dan anjurkan pasien un tuk menyokong kepala/ leher selama aktivitas
Awasi drainase berdara dari sisi operasi , jahitan dan drein. Ukur draina se dari hemovak


Catat/laporkan adanya drainase seperti susu


Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan

Bersihkan insisidengan cairan garam faal steril dan peroksida(campu ran 1:1) setelah balutan diangkat


Awasi sisi donor bila tandur dilakukan, periksa balutan sesuai indikasi
KOLABORASI
Berikan antibiotic oral, topical, dan IV ssi indikasi
Tutup sisi donor dengan kasa berminyak atau balutan impermeable lembab


Kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan kulit sekitarnya Lembaran tandur kulit harus merah muda/han gat dan memutih denga kembalinya warna dalam beberapa detik . Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjuk kan kongesti vena , yg dpt menimblkan iskemia/nekrosis jaringan
Meminimalkan kongesti jaringan pascaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi slaran limfe
Tekanan dari selang dan plester traekostomi atau tegangan pada jahi tan dapat menganggu sirkulasi /menyebabkan cedera jaringan

Drainase berdarah biasa nya tetap sedikit setela 24 jam pertama. Perda rahan terus-menerus atau perdarahan nyata menu njukkan masalah yang memerlukan perhatian medic
Drainase seperti susu menunjukkan keboco ran duktus limfe torakal (dapat menyebabkan ke kurangan cairan dan elektrolit). Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau memerlu kan penutupan spontan
Balutan basah mening katkan risiko kerusakan jaringan /infeksi
Mencegah pembentu kan kerak, yang dapat menjebak drainase puru len, merusak tepi kulit dan meningkatkan uku ran luka . Perosida tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepid an menganggu penyembuhan
Sisi donor dapat berde katana tau jauh dengan sisi operasi (co;paha). Balutan tekan biasanya dalam 24-48 jam dan luka dibiarkan terbuka trhdp udara untuk meni ngkatkan penyembuhan
Mencegah/mengontrol infeksi
Balutan yang tidak mele kat menutupi ujung saraf sensori terbuka dan melindungi sisi dari kontaminasi



Diagnosa : Perubahan membrane mukosa oral b/d dehidrasi/tak adanya masukan oral
Kriteria Hasil : Menyatakan/menunjukkan penrunan gejala
-Mengidentifikasi intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan mukosa oral
-Menunjukkan teknik untuk memperbaiki / mempertahankan integ rasi mukosa
Rencana tindakan :
Intervensi
Rasional
MANDIRI
Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada :
Saliva;



Lidah,




Bibir

Geligi dan gusi;




Membran mukosa
Hisapan rongga oral secara perlahan/sering. Biarkan pasien melakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggnakan kasa untuk mengalirkan sekresi


Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, pa latum, lidah dan geligi dengan sering
Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi




Kerusakan pada kelenjar saliva dapat me nurunkan produksi Sali va, mengakibatkan mulut kering . Penumpu kan dan pengaliran Sali va dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok atau mulut
Pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah palatum lunak, dan faring. Pasien ini akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan peningka tan resiko aspirasi sekre si, serta potensial hemoragi

Pembedahan dapat me ngangkat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tak ter control

Geligi mungkin tidak utuh (pembedahan) atau mungkin kondisinya buruk kare na malnutrisi, terapi kimia, atau menyimpa ng. Gusi juga dapat secara pembedahan ber ubah atau terinflamasi karena hygiene yang bu ruk, riwayat lama dari merokok/mengunyah tembakau atau terapi kimia

Mngkin sangat kering, ulserasi, eritema, edema
Saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosive pada jaringan yg terpajan. Karena penga liran mungkin konstan pasien dapat meningkat kan kenyamanan sendiri dan meningkatkan higie ne oral

Menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meni ngkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan

Mengatasi efek kekeringan dan tindakan terapetik; menghila ngkan sifat erosive dari sekresi


Informasi dapat mem berikan petunjuk tenta ng reaksi pasien pasca operasi. Ansietas da pat mempengaruhi pe mahaman informasi yg diberikan sebelum operasi


Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b/d kurang informasi
Kriteria Hasil : Menunjukkan pemahaman dasar pro ses penyakit ,intervensi pembedahan, prognosis, keb.pengobatan
-Menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan yang aman
-Menggunakan sumber dengan tepat
-Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/ intervensi medic
-Mengembangkan rencana untuk /jadwal mengikuti perjanjian


Rencana Tindakan :
Intervensi
Rasional
Mandiri
Tegaskan jumlah persi apan praoperasi dan retensi informasi. Kaji tingkat ansietas sehu bngan dengan diagnosisi dan pembe dahan


Berikan/ulang penjelasan pada tingkat penerimaan pasien.Diskusikan ketidakakuratan dalam persepsi ttg proses penyakit dan terapi bersama klien dan orang terdekat
Berikan petunjuk tertulis untuk pasien/org terdekat untuk dibaca dan tersedia sbg referensi selanjutnya
Ajari pasien dan org terdekat informasi dasar sehub. Dengan stoma, contoh;
Mandi dibak bukan Di pancran ,bersampo dgn menunduk Ke depan
Tutup stoma dengan Slayer serat alami
Tutup stoma ketika batuk atau bersin
Kuatkan untuk tidak merokok

KOLABORASI
Berikan perhatian trhdp ketentuan keb. Tindakan rehabilitasi mis;prostese s, sementa ra / permanen perawatan gigi, terapi wicara,rekonstruksi bedah,konseling kejru an/seksual/perkawinan bantuan keuangan

Terdapat stressor yang berlebihan dan mung kin disertai dengan pe ngetahuan yang terba tas. Salah konsep kadang tak dapat dihi ndari,namun ketidak berhasian untuk mem perbaiki dan menggali dapat menyebabkan kegagalan pasien men capai kemajuan kes.
Penguatan informasi yang benar dan dapat digunakan sebagai re ferensi rumah



Mencegah air masuk ke jalan napas/stoma


Mencegah debu dan partikel terhisap
Jalan napas terlalui, dan lender akan keluar dari stoma
Perlu untuk mempertahankan fungsi paru


Pelayanan ini dapat mempengaruhi kes. Pasien dan memiliki efek posistif pada kualitas hidp pasien


DAFTAR PUSTAKA

Boies, dkk. (1997).BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom FK Unair, Surabaya.
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta.
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.

Senin, 06 Oktober 2008

mengapa harus di keperawatan?

hidup adalah sebuah makna tanpa kata. Sebuah panghayalan...

Penuh misteri...
karena diri hanya bisa berusaha..doa adalah senjata akhir..akhirnya kutemukan jalanku..diriku berlabuh di komunitas ini,tanpa ada mimpi sebelumnya!!!
Tpi ku harus berbuat...
Berbuat demi nursing se-dunia